chalimin.yolasite.com

JANGAN PERNAH BOSAN MEMBACA KEHIDUPAN

JANGAN PERNAH BOSAN MEMBACA KEHIDUPAN

Ketika Matahari terbit dari timur dan nyayian burung pagi mulai terdengar aku sadar telah terbangun dari mimpi, mimipi yang membuat aku melupakan matahari karena datangnya rembulan. Mulai ku buka pintu dan jendela kurasakan hembusan dinginnya angin pagi masuk ke dalam rumah hati dan jiwa lantai IIIB RUSUNAWA, jauh didepan kulihat gunung tempat makam Sunan Giri berwarna hijua, hijau oleh tumbuhan yang tumbuh di sekeliling gunung dan makam. kucoba duduk didepan rumah sambil kunikmati cerahnya pagi ditemani secangkir kopi dan sebungkus 234, asap yang mengepul dari mulutku terbang bersama hembusan angin pagi seiring terbangnya mimpi-mimpi malam yang berganti dengan keyataan.

Seorang anak kecil sibuk bermain dengan temen sebayanya dan tak perdulikan kesibukan orang-orang yang melintasinya, kurasakan betapa indah dan senangnya masa kanak-kanak yang membuat aku iri akan kebahagiaan mereka. Ku alihkan pandangan mata ke bawah, terhampar perumahan masyarakat dan segala aktifitas pagi mereka, aku hanya diam terpaku dan dalam hati bertanya "Apa sih yang mereka lakukan di pagi ini? Bekerja". Ya Bekerja untuk kebahagian keluarga dan supaya anak-anak mereka masih tetap senang merasakan masa kanak-kanaknya. Di sekitar rumah yang aku tempati hanya aku sendiri yang masih sendiri yang setiap pagi tidak ada yang dapat aku lakukan selain menikmati udara pagi dan tak lebih dari itu.

Waktu beranjak siang dan matahari mulai panas kurasakan seiring dengan berkurangnya aktifitas orang-orang, mereka pergi untuk mencari nafkah demi keluarga dan masa depan anak-anak mereka. Aku masih terpaku di tempat dudukku kulihat cangkir kopi telah kosong dan bungkus 234 tinggal separo, aku bertanya-tanya dalam hati "Apa yang harus aku lakukan apa aku harus seperti mereka yang sibuk demi keluarga dan anak-anak mereka? lalu demi siapa aku mencari nakah? jawabanya Demi Masa Depan diri Sendiri".

Jam kecil diatas meja komputer terus berjalan dan tak mau berhenti, seperti masa yang aku jalani terus berjalan sampai tak kusadari aku telah lebih dari 30 tahun menghirup udara di dunia ini, Aku berdiri dan melangkah masuk ke dalam rumah yang berukuran 3X4 meter yang menjadi saksi bisu perjalanan hidupku hampir selama 5 tahun tinggal didalamnya. Sepi sunyi tanpa canda tawa dan tangisan anak kecil atau indahnya suara seorang ibu yang bermain dengan anaknya.

Sendiri dan kesepian itulah yang aku alami saat ini begitu juga dengan hari-hari yang pernah aku lewati setiap hari, terkadang aku malas untuk keluar rumah yang pada akhirnya harus melihat kebahagiaan dan canda tawa seorang bapak dan ibunya yang bermain dengan anaknya, terkadang aku putuskan untuk pergi keluar hanya untuk menghindari apa yang akan aku lihat disekitar rumah, kuturuni tangga demi tangga rumah susun ini menuju tempat parkir motor kesayanganku VEGA R keluaran tahun 2003 yang senantiasa setia menunggu dan menemani kemana aku pergi, kucoba tuk hidupkan dia beharap mendapatkan kehidupan dalam diriku.

Roda motor mulai berjalan menuju tempat yang aku sendiri tidak tau kemana akan berhenti, akhirnya tiba di persimpangan kuputuskan untuk belok yang pada akhirnya membawa aku ke tempat Alun-alun kota Gresik, tak banyak aktifitas disana yang ada hanya orang-orang duduk di bawah pohon pinggiran alun-alun, disebelah timur kulihat berderet kedai kopi dengan orang-orang yang lagi asyik minum kopi, ku coba tuk berhenti disalah satu kedai kopi dan memesan secangkir kopi manis dengan harapan mendapatkan kehidupan yang manis seperti kopi yang aku pesan.

Didepan mata aku melihat ada beberapa pasang muda-mudi yang sedang memadu kasih yang seakan tak menghiraukan lingkungan sekitarnya, bercanda tertawa dan bercengkrama seperti tidak ada beban penderitaan seakan hanya keindahan dan kesenangan yang mereka rasakan, aku tersenyum sendiri seakan ikut larut dalam suasana yang mereka alami, kutuang kopi manis ke cawan dan kuteguk membasahi kerongkongan kurasa manis dan nikmat kopi kali ini walau hanya seteguk dan tak lupa 234 yang selalu setia mengiringi manisnya kopi. Lama aku terdiam dan tak terasa cangkir kopi telah kosong, kukeluarkan dompet dan membayar manisnya kopi, dalam hati aku berfikir "Apakah aku harus membayar untuk mendapatkan menisnya kehidupan ini?".

Roda motor mulai berputar kembali dan kali ini kutelusuri jalan yang sepi, kupacu laju motorku dan kulihat speedo meter menunjuk angka 100, aku tak sadar motor melaju dengan cepat pandangan mata lurus ke depan menatap jalan yang beraspal sesekali belok hanya untuk menghindari lubang kecil ataupun jalan yang sedikit bergelombang, dalam hati bertanya-tanya "Secepat inikah kehidupan yang aku jalani dan harus menatap lurus ke depan jalan kehidupan walau ada lubang dan jalan yang bergelombang sebagai ujian atau ringtangan kehidupan?".

Roda motor mulai berputar pelan dan laju motor mulai lambat, didepan lagi-lagi kulihat sepasang muda-mudi sedang berboncengan mesra sambil menikmati perjalanan mereka, lama kuikuti mereka yang akhirnya mereka belok kearah jalan mereka sendiri dan aku terus dengan jalanku, dalam hati aku berfikir "itu arah jalan kehidupan mereka dan ini arah jalan kehidupanku, walau awalnya sejalan tapi pada akhirnya mempunyai arah dan tujuan yang berbeda begitu juga yang terjadi dalam kehidupan ini".

Tak terasa aku kembali ke rumah susun dan langsung menuju tempat parkir untuk istirahatkan motorku, kunaiki lagi tangga demi tangga tuk sampai ke tampat tujuan yaitu lantai IIIB N0.02 tempat aku beristirahat, lagi-lagi dalam hati aku berfikir "Untuk mencapai tujuan hidup kita harus menapaki tangga-tangga kehidupan yang pada akhirnya akan sampai ke tempat yang akan kita tuju dalam hidup ini". Setiba didepan rumah kubuka pintu dan jendela supaya udara yang di dalam rumah berganti dengan udara segar dari luar, lama aku berdiri dibalik jendela merenung "Membuka jendela apa berarti kita juga harus membuka jendela hati kita untuk orang lain sekedar bercerita atau bertukar pikiran dalam hidup ini?" jawabnya ada pada individu masing-masing orang.

Ku rebahkan tubuh ini mencoba pejamkan mata sambil menikmati empuknya tempat tidur, tak terasa adzan maghrib berkumandang menandakan malam akan datang, kucoba bangkit dari tempat tidur dan menuju kamar mandi hanya untuk membersihkan diri mnyambut datangnya malam, dalam kamar mandi aku mulai berfikir "Apakah tubuh ini sudah bersih untuk menyambut kehidupan yang abadi?" jawabanya tidak ada orang yang tau pasti.

Setelah membersihkan diri dan melakukan rutinitas di sore hari, kuberjalan keluar rumah sejauh mata memandang kudapati kerlap-kerlip indahnya lampu perkotaan, inikah indahnya kehidupan malam hari?. Aku melihat anak kecil sedang bermain dengan ayahnya lalu kuhampiri hanya tuk ngobrol dengan ayahnya mengisi kekosonga waktu dengan bercengkrama, sesekali aku ikut bermain dengan anaknya sekedar mengingat masa-masa kecil waktu dulu. Waktu tak terasa mulai malam dan sang anak diajak istirahat oleh ayahnya tinggal aku sendiri duduk diam mengiringi kepergian mereka masuk kedalam rumah.

Aku mulai berdiri dan berjalan menuju depan rumahku sendiri, ku ambil tempat duduk dan secangkir kopi manis yang sudah mulai dingin dari sore tadi, kuambil sebungkus 234 yang tinggal sebatang kunikmati asap kenikmatan itu sendiri tanpa teman yang menemani, kopi manis masih ada dan 234 sudah habis lalu aku beranjak dari tempat duduk kembali kuturuni tangga demi tangga menuju toko yang ada dilantai bawah untuk membeli 234 setelah kudapat, aku kembali menaiki tangga demi tangga menuju rumahku, setiba didepan rumah aku kembali duduk kuminum seteguk kopi manis dan mulai kubuka 234 kuambil sebatang dan mulai kunyalakan, asap kenikmatan mengepul keluar dari mulutku, dalam hati aku berfikir "Apakah kita harus naik turun dan naik lagi untuk mencapai tujuan dan nikmatnya hidup ini?".

Tak terasa aku berada di ujung malam kulihat jam tepat menunjuk angka 12, aku melihat langit malam masih cerah dengan bertabur bintang yang sebagian tertutup awan gelap walau tak nampak rembulan tapi tak mengurangi indahnya langit malam. Aku ingin terbang bebas kelangit malam ini tuk memetik bintang dan kutaruh dalam langit-langit kamar rumah dan juga dalam langit-langit kamar hatiku, biar selalu bersinar menerangi jalan kehidupan yang kujalani.

Aku berdiri dari tempat duduk dan berjalan menuju kamar mandi hanya untuk membersihkan diri dari debu yang melekat diwajah tangan dan kaki tak lupa kubersihkan juga mulut dan gigiku dari noda hitam kopi dan asap kenikmatan dari 234, setelah selesai membersihkan diri kurebahkan tubuh ini diatas tempat tidur sambil berfikir "dibalik kesenangan dan kenikmatan yang aku rasakan tadi ternyata menyisakan noda dalam diriku", hembusan angin malam yang menerpa tubuh ini kurasakan ketenangan dalam jiwa tapi dalam angin malam juga membawa berbagai penyakit yang tersimpan dalam debu malam, asap kenikmatan yang keluar dari mulut yang di hasilkan dari sebatang 234 membawa zat yang merugikan buat tubuh kita terutama jantung dan paru-paru, secangkir kopi yang nikmat ternyata membawa zat yang membuat sebagian dari kita mangalami gangguan pencernaan, sulit tidur dan menimbulkan noda hitam pada gigi. Ini adalah sebagaian kecil dari hidup yang kita jalani.

Berbagai ragam dan cara manusia dalam menjalani kehidupan ada yang sekali naik dan tak pernah turun dan ada yang harus naik turun dan bahkan ada yang naik dan tak pernah sampai diatas, itulah kehidupan. Ingatlah masih banyak orang diatas kita sebagai tujuan kita, dan ingatlah juga masih banyak orang yang berada dibawah kita dan itu sebagai semangat kita untuk naik dan ingatlah kita bukan satu-satunya orang yang berada tengah, di tengah-tengah tangga masih banyak rintangan dari orang-orang yang ingin mendahului kita, jadi berhati-hatilah dan saling mambantu buat orang yang kesusahan dalam menaiki tangga kehidupan. Semoga kita menjadi penolong bagi mereka yang kesusahan dalam menaiki tangga dan bagi diri kita sendiri untuk mencapai puncak tangga kehidupan.

Kenikmatan dan kesenangan tak selamanya menyenangkan, dibalik itu semua sadar atau tidak ada penderitaan menanti untuk kita rasakan dari apa yang kita nikmati sebelumnya. Suka atau tidak suka kita harus menerimanya dan mau tidak mau kita harus menghadapinya. Masalah dan penderitaan tidak bisa kita hindari tapi kita harus bisa menghadapinya, Kenikmatan dan kesenangan sampai kapanpun tidak bisa dicari dan ditemukan, tapi kesenangan dan kenikmatan hanya bisa diciptakan bukan dicari.

Make a Free Website with Yola.